Kamis, 13 November 2025

Atlet Para Angkat Berat Indonesia Petik Pelajaran Berharga di Mesir

KAIRO – Tim para angkat berat Indonesia mendapat pelajaran berharga saat mengikuti kejuaraan World Para Powerlifting Championship 2025 di Kairo, Mesir. Kejuaraan ini berlangsung tanggal 9-19 Oktober 2025 dan diikuti oleh 522 atlet dari 71 negara. Enam atlet yang diberangkatkan ke Mesir harus pulang tanpa membawa satupun medali. Ternyata, dalam ajang yang berstatus pembuka kualifikasi menuju Paralimpiade Los Angeles 2028 ini menghadirkan banyak kejutan.

Ni Nengah Widiasih yang turun di kelas 45 kilogram putri hanya menduduki peringkat delapan secara keseluruhan dan peringkat ketiga di antara peserta dari Asia.

Dalam tiga kesempatan, Widi, sapaan akrabnya, mengangkat beban 97 kilogram, 99 kilogram dan 101 kilogram. Angkatan tersebut sama seperti yang dilakukan Widi saat tampil di Paralimpiade Paris 2024.

“Dari World Champ ini kita banyak belajar. Kita pulang ke Indonesia untuk berlatih lebih keras lagi agar bisa bersaing dengan atlet-atlet elite lainnya. Kita masih punya waktu tiga tahun untuk mengikuti kualifikasi-kualifikasi menuju Paralimpiade Los Angeles 2028 ,” kata Widi, Senin (20/10/2025).

Widi menilai ada banyak perubahan di kejuaraan level tertinggi untuk cabang olahraga para angkat berat dunia ini. Ia tidak bisa memprediksi atlet yang tampil di kelas 41 kilogram dan 45 kilogram.

“Ada banyak banget perubahan atlet, dari atlet kelas 41 kilogram naik ke 45 kilogram dan sebaliknya atlet 45 kilogram turun ke 41 kilogram. Tidak bisa saya prediksi bahwa persaingannya lebih sengit dibandingkan dengan Paralimpiade 2024,” tutur Widi.

Widi pun bersyukur masih bisa mengangkat beban 101 kilogram yang menjadi catatan terbaiknya. Padahal, Widi bertanding dalam kondisi cedera bahu belum sembuh 100 persen.

“Sepulang dari Mesir saya harus berlatih lebih keras lagi sembari fokus penyembuhan cedera bahu agar tahun depan saya bisa lebih maksimal lagi,” ungkap Widi.

Rekor Angkatan Terbaik

Di kejuaraan ini, Indonesia turut memberangkatkan Muhammad Mabruk Arib Dzaky. Atlet kelahiran 29 Februari 2004 ini baru pertama kali mengikuti kejuaraan level World Championships.

Dzaky yang turun di kelas -59 kg putra mencatatkan angkatan 158 kg, 159 kg dan 161 kg dalam tiga kesempatan. Dzaky menduduki peringkat 12 secara umum dan peringkat enam di antara atlet-atlet Asia.

Angkatan terbaik 161 kilogram tersebut sekaligus menjadi rekor baru bagi Dzaky. Ia mengaku senang bisa menjalani debut bersaing dengan atlet-atlet terbaik dunia.

“Kalau dibilang nervous sih enggak, saya cuma penasaran saja level World Champ ini seperti apa. Ternyata setelah saya lihat pertandingannya luar biasa. Angkatan dari atlet-atlet dunia sangat luar biasa,” ucap Dzaky.

Sepulang dari Mesir, Dzaky lebih termotivasi untuk meningkatkan prestasinya. Selain fokus penuh merebut tiket ke Paralimpiade Los Angeles 2028, Dzaky juga ingin tampil di Asian Para Games 2026.

“Setelah ini kita persiapan maksimal lagi. Latihan terus, apapun yang terjadi kita harus berusaha lebih keras lagi,” tegas Dzaky.

Capaian yang dicatatkan Dzaky mendapatkan apresiasi dari pelatih kepala para angkat berat Indonesia, Coni Ruswanta. Ia tak memprediksi Dzaky bisa memecahkan rekor pribadi di Mesir.

“Dzaky termasuk atlet yang potensial karena usianya masih muda dan angkatannya bisa naik pesat,” jelas Coni.

Secara keseluruhan, Coni cukup puas dengan angkatan Dzaky dan lima atlet lainnya. Di kejuaraan perdana yang diikuti Indonesia selepas Paralimpiade Paris, beberapa atlet menunjukkan progres yang baik.

Sriyanti yang turun di kelas +86 kg putri berhasil memecahkan rekor pribadi dengan angkatan 145 kg setelah di Paris hanya berhasil mengangkat 138 kg, sementara Siti Mahmudah yang kali ini turun di kelas -86 kg putri berhasil memperbaiki rekor pribadinya dengan angkatan 131 kg, saat di Paris Siti hanya bisa meraih angkatan 125kg.

Namun, mereka harus berlatih lebih keras lagi karena persaingan di level dunia bertambah ketat serta sebagai persiapan menuju ASIAN Para Games 2026.

“Di kejuaraan ini kita juga ikut kelas team event yang terdiri dari women team dan mixed team untuk mengejar peringkat di Asia agar bisa tampil di Nagoya. Kelas team ini baru pertama kali akan digelar di Asian Para Games,” ungkap Coni. Di nomor women’s team Indonesia harus puas di peringkat keempat, setelah kalah dari Uzbekistan dalam perebutan medali perunggu, sementara di nomor mixed team Indonesia hanya bisa meraih posisi keenam.

BERITA TERKAIT

BERITA POPULER